Halaman

Yang berubah dan tak berubah

Kemarin, ketika aku sedang berbincang dengan seorang kenalan baru di tempat pengelasan besi, tiba tiba datang seorang kakek renta usianya sekitar 75 tahun,dengan tubuh agak membungkuk, memikul dua tong besar alumunium berbentuk segitiga di depan dan belakang. Dari raut mukanya dia kelihatan sudah berjalan jauh sejak pagi tadi, mendatangi para pelanggannya satu demi satu. Dengan bersandalkan jepit, bertopi kusut dan memakai kaos putih yang sudah tidak kelihatan lagi putih, tapi sudah agak abu abu ditambah dengan sedikit sobek di bagian lengan. Lambat tapi pasti dia berjalan, berjalan dan terus berjalan, mataku tak henti hentinya menatap sosok kakek ini, dalam hatiku berkata "Dimanakah keluarga kakek ini, sehingga di usia segini dia masih saja berjalan memikul dagangannya keliling, dan berapakah hasil yang dia peroleh Rp10.000 kah, 15.000 kah, atau Rp 2o.ooo. Seharusnya kakek sudah tidak bekerja seperti ini lagi. Maaf kek, aku tidak bisa berbuat banyak untuk kakek... " begitu hatiku mengatakan.

Lalu teman disampingku berkata padaku, "Mas, kakek itu hebat sekali, dia sudah berjualan kerupuk dengan memikul sejak saya TK, sampai sekarang masih saja seperti itu. Dulu orangnya grapyak sekali, sangat ramah kepada anak-anak, makanya anak anak pada senang padanya."
Aku hanya menganguk angguk saja, sambil menoleh lagi ke arah kekek itu yang sudah agak jauh... lalu hatiku berkata lagi " Lantas apa yang dilakukan pemerintah untuk orang orang tua seperti ini ? Sedangkan saat ini para elite politik sedang berdebat tentang pengelolaan negara, ingin mensejahterakan rakyat, membela wong cilik, dsb. Lalu untuk orang tua seperti ini apakah mereka memperhatikan, kemakah mereka di saat kakek ini sakit, adakah pelayanan kesehatan, makanan, tempat tinggal ?
Aku yakin, orang orang yang bernasib seperti kakek ini masih banyak di negeri ini.

Hari ini, pagi hari sekitar jam 8.30 aku melihat seorang nenek yang usianya sebaya dengan kakek yang aku ceritakan tadi tengah berjalan pelaaaaan sekali sekitar 0.2 m/s atau dua puluh sentimeter per detik. Sungguh aku menghitungnya dengan mempraktekkannya ketika menulis tulisan ini. Nenek itu membawa beban di punggunya, berupa tenggok yang isinya entah apa ? ditambahkah lagi di kedua tangannya kiri dan kanan masing masing menggantung tas putih kumal dari kain yang juga berisi entah apa. Dia melihat hanya ke bawah, ke arah kaki kakinya yang diayungkan selangkah demi selangkah terus...lambat tapi pasti. Dia hanya diam. Aku menduga nenek ini baru pulang dari belanja di pasar Jejeran, yang jaraknya dari tempat aku bertemu dengan nenek itu sekitar 500 meter. Nenek ini seperti kakek penjual kerupuk, sendirian di tepi sebuah jalan besar yang sedang berlalu lalang mobil mobil mewah dan motor motor seri terbaru...tapi nenek ini masih saja seperti dulu berjalan selangkah demi selangkah. Mungkin beliau menjalani kehidupan rutinnya itu berjalan dari rumah ke pasar lalu ke rumah lagi, sudah sejak muda, bahkan sebelum jalan itu di aspal, sebelum ada mobil, motor yang berlalu lalang mendahuluinya.

Itulah hidup....ada yang berubah dan ada pula yang tak berubah sejak puluhan tahun yang lalu.

Hidup itu pilihan, apakah engkau ingin berubah ataukah tak berubah. Dirimulah yang mengusai hari ini, hari kemarin dan hari esok adalah milik ALloh. Hari kemarin sudah tidak dapat engkau ubah, sedangkan hari esok masih dapat engkau ubah. Dan hari inilah keputusan ada padamu apakah engkau mau mengubah hari esokmu ataukah engkau akan tetap sama seperti hari kemarin.

by : pengembara

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas atensi anda.

Arti Nama

Jenengku 石川 Ishikawa (stone river) 利津 Ritsu (beneficial haven).
Temokno jeneng jepangmu!
Created with Rum and Monkey's Name Generator Generator.